Cerita Dewasa Seks Aku diperkosa adik iparku sendiri

Cerita dewasa seks yang ingin coba aku bagi dalam cerita sex kali ini adalah cerita dewasa yang cukup memilukan hati. Aku telah diperkosa oleh adik iparku sendiri. Sebelum memulai cerita seks ini aku perkenalkan namaku Namaku Elly. Usiaku kini 23 tahun. Aku sudah menikah dengan Albert yang kini berusia 25 tahun, dan kini aku adalah seorang ibu muda, dengan seorang anak yang baru berusia 6 bulan yang kami beri nama Michael. Sejak pacaran dan menikah sampai sekarang ini, suamiku sering berpergian ke luar negeri untuk urusan pekerjaan. Aku sendiri adalah wanita yang mendapat karunia wajah yang cantik, itu menurut teman temanku. Aku memiliki rambut yang lurus dan panjang sampai sebahu. Tubuhku sudah kembali ramping dan indah seperti pujian suamiku, meskipun aku baru melahirkan setengah tahun yang lalu. Mungkin hal itu karena aku rajin mengikuti senam aerobik, dan memang aku menjaga pola makan supaya badanku tak semakin melar, dan aku sedikit banyak bangga karenanya.
Aku sendiri tidak bekerja di luar, karena suamiku memiliki penghasilan yang lebih dari cukup. Dan memang suamiku ingin aku menjadi ibu rumah tangga yang baik saja, dengan tinggal di rumah untuk merawat anak kami dengan baik. Kehidupan seks kami juga luar biasa. Suamiku adalah lelaki perkasa di tempat tidur, dan aku sungguh menikmati kehidupanku ini. Kini kalau suamiku tak ada di rumah, aku hanya tinggal dengan anakku, juga pembantu kami yang kupanggil bi Iyem, satpam kami yang bernama Adrian, tukang kebun kami yang bernama pak Jono, dan juga sopir kami yang bernama Sarman. Di usiaku yang sekarang ini, nafsu seksku tentu sedang tinggi tingginya. Ditinggal oleh suamiku bekerja seperti ini, kadang aku amat merindukan bermain cinta dengannya. Demikian sekilas tentang keadaanku dan keluargaku.
Hari itu hari Sabtu. Siang hari itu, aku menerima telepon dan aku terkejut dengan berita yang aneh. Aku mendapatkan hadiah sebuah mobil lewat undian sebuah produk. Dan seingatku, aku tak pernah mengikuti prosedur undian itu.
Dengan santai aku berkata, “Pak, terserah bapak mau bicara apa, tapi saya tak akan pernah mentransfer uang apapun untuk pajak atau yang lain”.
Dan orang itu berkata panjang lebar, “Ibu Elly, kami memaklumi kalau ibu berhati hati, memang kami tak menyuruh ibu membayar apapun, karena pajak hadiah ditanggung oleh kami. Kami akan mengantarkan hadiah itu langsung ke rumah ibu sekitar satu jam lagi. Gratis bu, tak dipungut biaya apapun. Ibu boleh mencobanya, kalau ternyata mobilnya bermasalah kami langsung mengganti dengan yang baru. Tapi itu tidak akan terjadi bu, karena kami sudah melakukan More…pemeriksaan terhadap mobil ini”.
Mendengar hal ini, aku hanya bisa mengangkat bahu dan berkata, “Ya terserah bapak. Maaf, dengan bapak siapa saya bicara?”.
Dan orang itu menjawab, “Dengan bapak Anto. Ibu bisa menghubungi kantor kami di nomer *** ****. Aku mengiyakan saja dan kemudian memutus pembicaraan. Dalam hati aku merasa aneh, tapi ya kalau gratis, apa salahnya?