Wakatobi berasal dari nama pulau-pulau di kawasan Sulawesi Tenggara. Wakatobi merupakan akronim dari nama empat pulau, yaitu Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Pulau-pulau ini terkenal dengan keindahan taman lautnya.
Pesona laut berupa terumbu karang merupakan kekayaan tiada tara bagi Kabupaten Wakatobi. Dengan luas laut mencapai 18.377 kilometer persegi, sementara daratannya hanya hanya 823 kilometer persegi, Wakatobi menawarkan pesona laut berupa Taman Nasional Wakatobi yang terkenal ke seluruh penjuru dunia.
Taman Nasional yang ditetapkan pemerintah sejak 1986 ini memiliki 25 gugusan terumbu karang. Di dalam lautnya yang jernih dan bebas polusi, terdapat 112 jenis karang dari 13 famili, di antaranya Acropora formosa, A hyacinthus, Psammocora profundasafla dan Pavona cactus. Tak berlebihan jika penggila selam, snorkeling dan penyuka wisata laut menganggap Wakatobi sebagai surga bawah laut.
Pesona karang cantik akan semakin indah dengan hadirnya spesies ikan karang yang menari saat menyelam atau snorkeling. Tercatat 93 jenis ikan konsumsi dan ikan hias ada di Kepulauan Wakatobi. Ada ikan hias argus bintik (cephalopholus argus), takhasang (naso unicornis), pogo-pogo (Balistoides viridae-scen) napoleon (Cheilinus undulatus) dan sejenisnya.
Untuk mendapatkan pemandangan cantik ikan-ikan karang, para penyelam dapat menjumpainya di setiap titik terumbu karang. Biasanya Pulau Hoga, Pulau Binongko, dan Resort Tamia merupakan lokasi menarik untuk dikunjungi, terutama untuk kegiatan menyelam dan snorkeling. Pulau-pulau ini juga dapat dimanfaatkan untuk berenang, berkemah, dan wisata budaya.
Untuk dapat mencapai Wakatobi, pertama-tama kita harus mencapai Kendari. Perjalanan dilanjutkan ke Bau-Bau di Pulau Buton dengan kapal cepat yang tersedia secara reguler. Dari Bau-Bau, perjalanan dilanjutkan ke Lasalimu dengan perjalanan darat selama tiga jam, dilanjutkan dengan perjalanan laut ke Lasalimu Wanci. Dengan kapal cepat, perjalanan ditempuh dalam waktu 2,5 jam yang hanya ada satu kali dalam satu hari. Wanci merupakan pintu gerbang menuju Kepulauan Wakatobi dengan Taman Nasionalnya yang menjadi surga indah bagi penyelam.
Sejak 2001, transportasi udara bisa menjangkau wilayah kepulauan di timur Pulau Buton ini. Namun, ongkos perjalanan masih sangat mahal. Selain itu, transportasi udara hanya melayani jalur Denpasar – Wakatobi dengan jadwal tiap 11 hari sekali.
Waktu pelesir yang tepat ke Wakatobi antara bulan April – Juni atau Oktober – Awal Desember. Pada waktu tersebut, ombak relatif tenang dan kondusif untuk menyelam dan snorkeling. Tidak disarankan mengunjungi Wakatobi antara bulan Juli dan September, kecuali mereka yang memiliki nyali besar. Bulan tersebut merupakan musim gelombang tinggi setinggi gunung yang menghalangi orang untuk melakukan kegiatan selam, snorkeling, berenang, memancing dan wisata laut lainnya.
Jika terlanjur mengunjungi pada saat gelombang besar, maka berkenalan dengan budaya suku Wakatobi sangat menarik. Di Wakatobi terdapat kepulauan Tukang Besi, sebuah gugusan pulau pembentuk Wakatobi. Beberapa penduduknya berprofesi sebagai pembuat keris dan pedang, sampai sekarang mereka masih memproduksi.
Ibu-ibu memiliki kerajinan khas yang bisa dibeli para pengunjung kepulauan ini. Seperti penduduk wilayah timur Indonesia lainnya penduduk Wakatobi juga mengenal teknik menenun dengan hasil kerajinan tenun yang berbeda dengan daerah lain.
Tarian tradisional, seperti Lariangi, Balumpa, dan Kenta-Kenta, masih sering dipertunjukkan pada acara tertentu. Pada saat festival budaya Wakatobi dan Sail Banda Agustus 2010 lalu, tarian tarian tadi ditunjukkan ke hadapan tamu.